Qiyamullail di 10 Malam Terakhir Ramadan, dan Membangunkan Keluarga
Keutamaan Qiyamullail dan Perhatian Nabi ﷺ terhadap Keluarganya
Qiyamullail merupakan ibadah yang memiliki keutamaan besar, terutama di malam-malam terakhir bulan Ramadan. Rasulullah ﷺ sangat bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah dan mendorong keluarganya untuk turut serta. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memanfaatkan waktu-waktu penuh berkah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kesungguhan Nabi ﷺ dalam Menghidupkan Malam
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah ﷺ ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, beliau menghidupkan malamnya dengan ibadah, membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh dalam beribadah lebih dari hari-hari lainnya. Beliau bahkan mengencangkan kainnya, yang merupakan ungkapan kesungguhan dalam beribadah dan menjauhkan diri dari urusan duniawi.
Aisyah berkata:
كانَ رَسولُ اللهِ صَلّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، إذا دَخَلَ العَشْرُ، أَحْيا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئْزَرَ.
"Ketika Rasulullah ﷺ memasuki sepuluh malam terakhir (Ramadan), beliau menghidupkan malamnya (dengan ibadah), membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh, dan mengencangkan kainnya." (HR Bukhari dan Muslim).
Perhatian Nabi ﷺ terhadap Keluarganya
Rasulullah ﷺ tidak hanya beribadah sendiri, tetapi juga membangunkan keluarganya agar mereka dapat meraih keberkahan malam-malam tersebut. Dalam kesehariannya, beliau sudah membiasakan keluarganya untuk melakukan qiyam meskipun hanya sedikit. Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ biasa shalat sementara ia tidur di dekat beliau. Namun, ketika hendak berwitir, Nabi ﷺ akan membangunkannya agar ia juga turut mengerjakan shalat witir, beliau berkata:
"كانَ النبيُّ ﷺ يُصَلِّي وأَنا راقِدَةٌ مُعْتَرِضَةٌ علَى فِراشِهِ، فَإِذا أرادَ أنْ يُوتِرَ أيْقَظَنِي فأوْتَرْتُ."
"Nabi ﷺ biasa shalat (malam) sementara aku tidur melintang di atas tempat tidurnya. Ketika beliau hendak berwitir, beliau membangunkanku, lalu aku pun berwitir." (HR Muslim).
Dalam hadits lain, disebutkan bahwa Nabi ﷺ terkadang membangunkan istri-istrinya untuk melaksanakan shalat malam lebih dari sekadar witir. Suatu malam, beliau terbangun dan bersabda,
سُبْحانَ اللَّهِ، ماذا أنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الخَزائِنِ، وماذا أُنْزِلَ مِنَ الفِتَنِ، مَن يُوقِظُ صَواحِبَ الحُجُراتِ - يُرِيدُ أزْواجَهُ لِكَيْ يُصَلِّينَ - رُبَّ كاسِيَةٍ في الدُّنْيا عارِيَةٍ في الآخِرَةِ
"Subhanallah! Betapa banyaknya perbendaharaan yang Allah turunkan, dan betapa banyaknya fitnah yang diturunkan! Siapa yang akan membangunkan penghuni kamar-kamar (istri-istri beliau) agar mereka shalat? Bisa jadi ada seorang yang berpakaian di dunia tetapi telanjang di akhirat.” (HR. Bukhari)
Ajakan untuk Menegakkan Qiyamullail
Bukan hanya kepada istri-istrinya, Nabi ﷺ juga mengajak putrinya Fatimah dan menantunya Ali untuk menunaikan qiyamullail. Beliau mendatangi rumah mereka pada malam hari dan berkata,
ألا تصليان
"Tidakkah kalian bangun untuk shalat?” (HR. Bukhari & Muslim). Perhatian ini menunjukkan bahwa beliau ingin agar seluruh keluarganya mendapatkan keutamaan shalat malam.
Pada sepuluh malam terakhir Ramadan, perhatian beliau terhadap ibadah semakin meningkat. Tidak hanya dirinya sendiri yang bersungguh-sungguh, tetapi beliau juga lebih sering membangunkan keluarganya agar mereka tidak kehilangan keutamaan malam-malam penuh berkah tersebut.
Teladan bagi Umat Islam
Dari kisah-kisah di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa hendaknya seorang Muslim tidak hanya bersemangat dalam ibadah secara pribadi, tetapi juga mengajak keluarganya untuk turut serta. Terutama di malam-malam terakhir Ramadan, kita dianjurkan untuk membangunkan anggota keluarga agar mereka ikut serta dalam qiyamullail, berdoa, dan beribadah kepada Allah. Dengan demikian, keberkahan Ramadan tidak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga menyebar kepada seluruh anggota keluarga.
Semoga kita semua bisa meneladani Rasulullah ﷺ dalam menjalankan qiyamullail dan mengajak keluarga untuk meraih keberkahan di malam-malam penuh kemuliaan.
Dr. Sirajul Yani, M.H.I
Posting Komentar untuk "Qiyamullail di 10 Malam Terakhir Ramadan, dan Membangunkan Keluarga"
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda