Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meneladani I’tikaf Rasulullah ﷺ di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Meneladani I’tikaf Rasulullah ﷺ di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Hikmah dan Sunnah I'tikaf di Akhir Ramadhan

I'tikaf merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan dalam Islam, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Nabi Muhammad ﷺ senantiasa melaksanakan i'tikaf pada periode ini hingga akhir hayatnya. Hal ini dilakukan dalam rangka mencari malam yang penuh keberkahan, yaitu Lailatul Qadar.

Keutamaan I'tikaf

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah ﷺ selalu melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, Diriwayatkan dari Ibnu Umar:
أن رسول الله ﷺ كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان
"Bahwa Rasulullah ﷺ selalu melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan" (HR Muslim)

Aisyah juga meriwayatkan, beliau berkata:
إن النبي ﷺ كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله عز وجل، ثم اعتكف أزواجه من بعده 
"Sesungguhnya Nabi ﷺ selalu melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga Allah Azza wa Jalla mewafatkannya, kemudian istri-istri beliau melanjutkan i'tikaf setelahnya." (HR Bukhari dan Muslim).

Abu Sa’id Al-Khudri mengisahkan bahwa Rasulullah ﷺ pada awalnya melakukan i'tikaf di sepuluh hari pertama Ramadhan, kemudian Jibril mendatanginya dan memberi tahu bahwa yang beliau cari masih berada di depan. Maka, Rasulullah ﷺ melanjutkan i'tikaf pada sepuluh hari kedua. Kembali Jibril datang dan menyampaikan hal yang sama, hingga akhirnya beliau melakukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Pada saat itu, Rasulullah ﷺ bersabda:
من كان اعتكف مع النبي ﷺ فليرجع ؛ فإني أريت ليلة القدر، وإني نسيتها، وإنها في العشر الأواخر وفي وتر، وإني رأيت كأني أسجد في طين وماء
“Barang siapa yang telah beri’tikaf bersamaku, hendaklah ia kembali (melanjutkan i’tikafnya), karena aku diperlihatkan Lailatul Qadar, namun aku lupa waktu pastinya. Malam itu berada di sepuluh hari terakhir, pada malam-malam ganjil. Aku melihat diriku bersujud di atas tanah yang bercampur air.” (HR Bukhari).

Adab dan Sunnah dalam I'tikaf

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ memiliki kebiasaan yang khas dalam melaksanakan i'tikaf. Berikut beberapa sunnah dan adab i'tikaf yang beliau contohkan:

1. Masuk ke dalam tempat i'tikaf setelah shalat Subuh – Nabi ﷺ memasuki tempat i’tikafnya setelah menunaikan shalat Subuh, bukan pada malam sebelumnya.

2. Lamanya i'tikaf – Setiap tahun beliau ber-i'tikaf selama sepuluh hari, namun pada tahun terakhir sebelum wafat, beliau meningkatkan durasi i’tikaf menjadi dua puluh hari. Pada tahun itu, malaikat Jibril juga mengulang bacaan Al-Qur’an bersama beliau sebanyak dua kali.

3. Menghindari kesibukan duniawi – Rasulullah ﷺ benar-benar mengkhususkan waktunya untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Allah, dan menjauh dari hal-hal yang dapat mengganggu kekhusyukan.

4. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali untuk keperluan mendesak – Jika beliau harus keluar dari masjid, itu hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

5. Interaksi dengan keluarga tetap dilakukan secara terbatas – Rasulullah ﷺ sesekali mengeluarkan kepalanya dari dalam masjid ke rumah Aisyah untuk disisir dan dicuci, meskipun Aisyah sedang dalam keadaan haid.

6. Menyediakan tempat khusus untuk beribadah – Dalam i'tikafnya, Nabi ﷺ memiliki tempat khusus berupa tenda atau bilik sederhana yang dibuat dari kain, guna menjaga ketenangan dan fokus dalam beribadah.

7. Tidak menjadikan i'tikaf sebagai ajang pergaulan – Rasulullah ﷺ tidak menjadikan i’tikaf sebagai tempat untuk berbincang-bincang dengan banyak orang atau menerima tamu secara berlebihan. Jika ada istri beliau yang mengunjungi, beliau berbicara seperlunya dan mengantar mereka kembali tanpa berlama-lama.

Perbedaan I'tikaf Sunnah dan Kebiasaan Masyarakat Awam

Sayangnya, banyak orang yang kurang memahami hakikat i’tikaf sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Beberapa orang menjadikan tempat i’tikaf sebagai ajang berkumpul, berbincang panjang, bahkan sibuk dengan aktivitas yang mengalihkan dari tujuan utama i'tikaf, yaitu memperbanyak ibadah dan meraih kedekatan dengan Allah.

Sebaliknya, i’tikaf yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ adalah dalam rangka mencari ridha Allah dengan penuh kekhusyukan, menjauh dari kesibukan duniawi, serta mengisi waktu dengan ibadah yang berkualitas. Oleh karena itu, bagi umat Islam yang ingin meneladani sunnah ini, hendaknya memahami esensi i'tikaf dan melaksanakannya sesuai dengan ajaran Rasulullah ﷺ.

Semoga kita semua diberi kesempatan untuk mengamalkan i'tikaf dengan benar dan mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar. Aamiin.

Dr. Sirajul Yani, M.H.I

Posting Komentar untuk "Meneladani I’tikaf Rasulullah ﷺ di 10 Hari Terakhir Ramadhan"