Hukum Ucapan Selamat Hari Raya Menurut Islam
Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya
Dalil dari Para Sahabat
Telah diriwayatkan bahwa para sahabat Rasulullah ﷺ saling mengucapkan selamat hari raya dengan ungkapan:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُ
(Taqabbalallâhu minnâ wa minkum)
Yang artinya: Semoga Allah menerima (amal ibadah) dari kami dan darimu.
Diriwayatkan dari Jubair bin Nufair, ia berkata:
كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكم
"Adalah para sahabat Rasulullah ﷺ, apabila bertemu pada hari raya, mereka saling mengucapkan: Taqabbalallâhu minnâ wa minkum."
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
Pendapat Para Ulama
Imam Ahmad bin Hanbal
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
وَلا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
"Tidak mengapa seseorang mengatakan kepada saudaranya pada hari raya: Taqabbalallâhu minnâ wa minkum."
Pendapat ini dinukil oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni.
Ibnu Taimiyah
Dalam Al-Fatawa Al-Kubra (2/228), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya:
هَلْ التَّهْنِئَةُ فِي الْعِيدِ وَمَا يَجْرِي عَلَى أَلْسِنَةِ النَّاسِ: "عِيدُك مُبَارَكٌ" وَمَا أَشْبَهَهُ، هَلْ لَهُ أَصْلٌ فِي الشَّرِيعَةِ، أَمْ لا؟ وَإِذَا كَانَ لَهُ أَصْلٌ فِي الشَّرِيعَةِ، فَمَا الَّذِي يُقَالُ؟
"Apakah ucapan selamat pada hari raya seperti ‘Eid Mubarak dan semacamnya memiliki dasar dalam syariat atau tidak? Dan jika ada, apa yang sebaiknya diucapkan?"
فأجاب: "أَمَّا التَّهْنِئَةُ يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ إذَا لَقِيَهُ بَعْدَ صَلاةِ الْعِيدِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ، وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك، وَنَحْوُ ذَلِكَ، فَهَذَا قَدْ رُوِيَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ الصَّحَابَةِ أَنَّهُمْ كَانُوا يَفْعَلُونَهُ وَرَخَّصَ فِيهِ، الأَئِمَّةُ، كَأَحْمَدَ وَغَيْرِهِ. لَكِنْ قَالَ أَحْمَدُ: أَنَا لا أَبْتَدِئُ أَحَدًا، فَإِنْ ابْتَدَأَنِي أَحَدٌ أَجَبْته، وَذَلِكَ لأَنَّ جَوَابَ التَّحِيَّةِ وَاجِبٌ، وَأَمَّا الابْتِدَاءُ بِالتَّهْنِئَةِ فَلَيْسَ سُنَّةً مَأْمُورًا بِهَا، وَلا هُوَ أَيْضًا مَا نُهِيَ عَنْهُ، فَمَنْ فَعَلَهُ فَلَهُ قُدْوَةٌ، وَمَنْ تَرَكَهُ فَلَهُ قُدْوَةٌ. وَاَللَّهُ أَعْلَمُ" اهـ
Beliau menjawab:
"Adapun ucapan selamat pada hari raya, seperti seseorang berkata kepada saudaranya setelah shalat Id: Taqabbalallâhu minnâ wa minkum atau Ahalahullâhu ‘alaik (Semoga Allah memberkahimu dengan datangnya hari raya ini), dan ungkapan lain yang serupa, maka ini telah diriwayatkan dari sekelompok sahabat bahwa mereka melakukannya. Para imam seperti Imam Ahmad dan lainnya juga memberikan keringanan dalam hal ini.
Namun, Imam Ahmad berkata: ‘Saya tidak memulai mengucapkannya kepada seseorang, tetapi jika ada yang mendahului saya, saya akan menjawabnya.’ Ini karena menjawab salam adalah wajib, sedangkan memulai ucapan selamat tidak termasuk sunnah yang diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang. Jadi, siapa yang melakukannya memiliki contoh (dari para sahabat), dan siapa yang meninggalkannya juga memiliki contoh. Wallahu a‘lam."
Syaikh Ibnu Utsaimin
Ketika ditanya tentang hukum ucapan selamat hari raya dan apakah ada lafaz khusus, beliau menjawab:
التهنئة بالعيد جائزة، وليس لها تهنئة مخصوصة، بل ما اعتاده الناس فهو جائز ما لم يكن إثماً
"Ucapan selamat hari raya diperbolehkan dan tidak ada lafaz tertentu yang harus diucapkan. Apa yang biasa digunakan oleh masyarakat itu diperbolehkan selama tidak mengandung dosa."
Beliau juga berkata:
التهنئة بالعيد قد وقعت من بعض الصحابة رضي الله عنهم، وعلى فرض أنها لم تقع فإنها الاۤن من الأمور العادية التي اعتادها الناس، يهنىء بعضهم بعضاً ببلوغ العيد واستكمال الصوم والقيام
"Ucapan selamat hari raya telah terjadi di kalangan sebagian sahabat. Sekalipun tidak terjadi, maka saat ini ia sudah menjadi kebiasaan yang baik. Masyarakat saling memberi selamat atas datangnya hari raya dan keberhasilan mereka menyelesaikan puasa dan qiyam." (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin 16/208-210).
Ucapan yang Paling Afdhol
Ucapan yang paling afdhol (lebih utama) dalam menyambut Idul Fitri adalah yang memiliki dasar dari para sahabat Rasulullah ﷺ, yaitu:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم
(Taqabbalallâhu minnâ wa minkum)
(Semoga Allah menerima amal ibadah dari kami dan dari kalian).
Ucapan ini diriwayatkan dari para sahabat dan dianggap memiliki dasar yang kuat dalam Islam. Namun, selain itu, ucapan selamat lainnya juga diperbolehkan, selama memiliki makna baik dan tidak bertentangan dengan syariat. Beberapa contoh ucapan yang bisa digunakan antara lain:
1. "Taqabbalallâhu minnâ wa minkum." Sesuai sunnah.
2. "Selamat Idul Fitri, semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita kembali fitrah."
3. "Semoga Allah memberikan keberkahan, ampunan, dan kebahagiaan bagi kita semua di hari yang suci ini."
4. "Minal ‘Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin."
5. "Eid Mubarak! Semoga keberkahan Idul Fitri menyertai kita semua."
6. dll
Dengan demikian, yang paling utama tetaplah ucapan dari para sahabat (Taqabbalallâhu minnâ wa minkum), tetapi ucapan lain tetap baik dan diperbolehkan selama mengandung doa serta makna yang baik.
Hukum Berjabat Tangan, Berpelukan, dan Ucapan Selamat Setelah Shalat Id
Ketika ditanya tentang hukum berjabat tangan, berpelukan, dan mengucapkan selamat setelah shalat Id, Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab:
"Hal-hal tersebut tidak mengapa dilakukan, karena masyarakat tidak menganggapnya sebagai bentuk ibadah dan pendekatan diri kepada Allah, tetapi sebagai kebiasaan untuk menunjukkan rasa hormat dan penghargaan. Selama kebiasaan ini tidak dilarang oleh syariat, maka hukum asalnya adalah mubah (diperbolehkan)."
Maka, Berdasarkan riwayat dari para sahabat dan pendapat para ulama, mengucapkan selamat hari raya diperbolehkan dan tidak ada lafaz khusus yang harus diucapkan. Ucapan seperti Taqabbalallâhu minnâ wa minkum atau ‘Eid Mubarak merupakan kebiasaan yang baik dan dapat dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan kegembiraan dalam menyambut hari raya.
Wallahu a‘lam.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H
Dari Tim Belajar Syariah dan Ilmu Center Academy
Posting Komentar untuk "Hukum Ucapan Selamat Hari Raya Menurut Islam"
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda