Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bahagia dengan Berbakti kepada Orang Tua

Kebahagiaan dengan Berbakti kepada Orang Tua

Penghormatan kepada Orang Tua

Allah Ta’ala menjadikan kedua orang tua sebagai sumber kebahagiaan bagi seseorang. Mereka adalah kebun yang dipenuhi kasih sayang dan kelembutan. Kebaikan-kebaikan mereka yang sangat luas dan tak akan pernah bisa kita balas. Ini layak untuk dijadikan pengingat akan besarnya hak mereka dari kita. Allah Ta’ala mengisyaratkan hal ini dengan menyebutkan hak keduanya setelah menyebutkan hak diri-Nya sendiri:
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua." (QS. An-Nisa’: 36)

Keutamaan Ibu

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan bahwa kedua orang tua, terutama ibu, yang paling layak untuk kita berikan kasih sayang, kebaikan, dan perlakuan baik. Suatu ketika seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
يا رَسولَ اللَّهِ، مَن أحَقُّ النَّاسِ بحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قالَ: أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أبُوكَ
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berlaku baik kepadanya?" Beliau menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Kemudian ayahmu." (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Kelembutan Ibu

Betapa besar kebaikan dan jasa seorang ibu terhadap anak-anaknya. Banyaknya rasa capek dan lelah yang dialaminya, rasa sakit saat hamil, lelah saat melahirkan dan menyusui, serta betapa besar jasa mereka dalam memberikan pelayanan dan kasih sayang terbaik kepada anak-anaknya. Namun, seringkali besarnya kasih sayang seorang ibu membuat seorang anak menjadi tamak dan lupa diri, sering meremehkannya, dan tidak mau patuh kepadanya.

Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan identitas para nabi dan orang saleh. Allah Ta’ala berfirman menceritakan kisah Nabi Yahya ‘alaihissalam:
وَبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
"Dan (Nabi Yahya) sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong, (bukan pula) orang yang durhaka." (QS. Maryam: 14)

Allah Ta’ala juga mengisahkan perihal Nabi Isa ‘alaihissalam tatkala beliau masih bayi dan berada di gendongan Ibunda Maryam. Beliau berkata:
وَبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا
"Dan (Allah Ta’ala menjadikanku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka." (QS. Maryam: 32)

Contoh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Bentuk bakti paling agung ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada ayahnya. Allah Ta’ala berfirman:
وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا
"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi."
اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا
"(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?”
يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
"Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus." (QS. Maryam: 41-43)

Nabi Ibrahim memanggil ayahnya dengan panggilan lembut, menasihatinya dengan kelembutan dan kesabaran, meskipun ayahnya tidak mendapatkan hidayah. Allah Ta’ala memberikan keturunan yang saleh sebagai balasan atas bakti Ibrahim.

Kebahagiaan dengan Berbakti

Kebahagiaan apa yang lebih besar daripada mendapatkan jaminan surga setelah kebahagiaan melihat wajah Allah Ta’ala? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه
"Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya." (HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah no. 3663, dan Ahmad no. 27551)

Rida Allah tergantung pada rida kedua orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka mereka:
رِضى اللَّهِ في رِضى الوالِدَينِ ، وسَخَطُ اللَّهِ في سَخَطِ الوالدينِ
"Rida Rabb tergantung rida kedua orang tua, dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua." (HR. Tirmidzi no. 1899, Ibnu Hibban no. 429 dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman no. 7830)

Keberkahan Dunia dan Akhirat

Berbakti kepada orang tua juga merupakan sebab kelapangan dan kebahagiaan di dunia:
مَن سرَّه أن يُمَدَّ له في عمرِه ويُزادَ في رزقِه فليبَرَّ والدَيْه وليَصِلْ رحِمَه
"Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung (tali silaturahmi) kekerabatannya." (HR Ahmad no. 13811)

Doa dan Harapan

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita semua sebagai pribadi yang berbakti kepada kedua orang tua, konsisten dalam melakukan kebaikan untuk mereka, menjaga diri dari menyakiti mereka, dan senantiasa berbuat baik kepada mereka hingga akhir hayat.

Peringatan dari Nabi

Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari golongan yang Nabi sebutkan:
رَغِمَ أنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أنْفُ، قيلَ: مَنْ؟ يا رَسولَ اللهِ، قالَ: مَن أدْرَكَ أبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ -أحَدَهُما أوْ كِلَيْهِما- فَلَمْ يَدْخُلِ الجَنَّةَ
"Celakalah, kemudian celakalah, kemudian celakalah." Ditanya, “Siapa, ya Rasulallah?” Beliau menjawab, "Orang yang mendapati orang tuanya di kala tuanya, baik salah satu atau keduanya, lalu ia tidak dapat masuk surga (karena sebab kedurhakaannya)." (HR. Muslim no. 2551).

Wallahu a’lam bisshawab.

Tim Belajar Syariah

Post a Comment for "Bahagia dengan Berbakti kepada Orang Tua"