Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi ULAMA BESAR Dengan BIAYA 120 M

Menjadi ULAMA BESAR Dengan BIAYA 120 M

Ada orang tua yang menghabiskan uang sebanyak 30.000 Dinar hanya untuk biaya menuntut ilmu anaknya. Jika 1 dinar setara Rp. 4 juta, maka 30.000 Dinar sama dengan Rp. 120 miliyar. Wow, Rp. 120 miliyar dialokasikan hanya untuk biaya pendidikan 1 anak! Bagaimana mungkin terjadi? Begini ceritanya .....

Kisah ini disarikan dari berbagai sumber buku-buku tฤrฤซkh seperti Tฤrฤซkh Dimasyq karya Ibnu 'Asฤkir, Tฤrฤซkh Baghdad karya al-Khathฤซb al-Baghdฤdฤซ dan lain-lain dengan sedikit tambahan tanpa merubah substansi.

"๐˜ž๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช?!".

Tiba-tiba seorang pemuda telah berdiri gagah menghadang laki-laki tua asing yang lancang memasuki rumahnya. Pemuda tersebut menatap tajam setelah membentaknya.

"๐˜›๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ, ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต, ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ณ๐˜ถ ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช!". Jawab orang tua tersebut tidak kalah sengit.

Terjadilah perselisihan yang cukup serius antara orang tua asing dan pemuda penghuni rumah tersebut. Keduanya mengaku pemilik rumah yang sah dan menuduh yang lain sebagai penjahat yang lancang memasuki rumah orang lain.

Masyarakat mulai berkerumun mendengar keributan tersebut. Akhirnya ibu dari pemuda tersebut juga keluar dan berteriak setelah melihat wajah orang tua asing itu. Ibu tersebut berkata: "๐˜๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ถ... ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฎ๐˜ถ, ๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ฉ. ๐˜๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ถ... ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ".

Mendengar perkataan itu, orang tua tersebut tampak terkejut kemudian menatap lembut wajah anak muda di hadapannya. Tidak disangka janin yang ditinggal dalam kandungan istrinya 27 tahun silam telah menjadi pemuda yang besar dan gagah. Ada rasa haru dan bahagia bercampur aduk jadi satu.

Farrukh adalah suami dari perempuan penghuni rumah ini. 27 tahun yang lalu dia meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anaknya. Farrukh pergi ke Khurฤsฤn demi memenuhi panggilan perang untuk membela agama Islam. Bertahun-tahun dia tidak pulang dan tidak ada kabar hingga di saat semua orang melupakannya, dia kembali, layaknya orang asing yang tidak dikenal. Meski sempat membuat ribut dan menimbulkan salah paham, namun akhirnya mengharukan dan membahagiakan.

Demi melihat kebahagiaan keluarganya yang kembali utuh, istri Farrukh mengajak suami dan anaknya masuk kembali ke dalam rumah dengan diliputi kebahagiaan baru. Kerumunan warga juga telah selesai dan mereka kembali ke rumah masing-masing.

Dalam sebuah kesempatan, Farrukh menanyakan uang 30.000 Dinar yang dulu ia berikan kepada istrinya sebelum berangkat perang untuk dipakai seperlunya. Farrukh meminta istrinya agar mengeluarkan uang tersebut dan menggabungkan dengan uang yang baru ia bawa.

Mendengar hal tersebut, istrinya kaget dan gelisah. Bagaimana tidak, semua uang tersebut sudah ludes dipakai untuk biaya pendidikan anaknya. Tidak tersisa sedikitpun. Ia berkata: "๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ? ๐˜‰๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด? ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ค๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข?". Guman sang istri dalam hatinya.

"๐˜œ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ซ๐˜ช๐˜ฅ ๐˜•๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ธ๐˜ช ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฉ. ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ต๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต". Jawab istrinya untuk sedikit mengalihkan suaminya dari topik uang tersebut.

Sampai di masjid Nabawi, Farrukh langsung menunaikan shalat berjama’ah. Betapa rindunya ia menunaikan shalat di masjid yang paling agung setelah masjidil haram ini. Ia sungguh-sungguh menikmati sampai selesai shalat dan memanjatkan semua doa-doanya. Setelah merasa puas beribadah, Farrukh bermaksud pulang. Namun ia mengurungkan niatnya. Ia melihat majelis ilmu yang dihadiri oleh banyak sekali ahli ilmu. Jauh di depan sana, di atas kursi, duduk seorang Syaikh yang tidak terlalu jelas wajahnya. Namun ia sangat yakin Syaikh ini adalah ulama besar yang sangat disegani. Ia merasakan dan bisa melihat dari semua orang yang duduk dengan penuh ta'zhim di hadapan Syaikh ini. Bahkan yang duduk di barisan terdepan, bukan dari golongan orang biasa, namun dari kalangan ulama besar seperti Imam Malik bin Anas, Hasan bin Zaid dan para ulama-ulama besar di Madinah pada waktu itu.

Sesampai di rumah, Farrukh menceritakan apa yang ia lihat di masjid Nabawi. Dengan penuh takjub ia menceritakan kehebatan Syaikh yang ia dengarkan kajiannya di masjid Nabawi tadi. Sang istri tersenyum mendengar cerita suaminya.

"๐˜š๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ถ... ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜บ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ?". Tanya istrinya yang masih tersenyum.

Istrinya melanjutkan: "๐˜‹๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช!"

Farrukh tersentak dan hampir tidak mempercayainya. Ia terdiam takjub. Tidak disangkanya, Syaikh yang ia simak kajiannya tadi adalah putranya sendiri. Tidak henti-hentinya ia membaca tasbih dan tahmid sebagai rasa syukur dan haru setelah mendengar penjelasan istrinya tersebut.

"๐˜š๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ถ... ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช. U๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ 30.000 D๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ช๐˜ญ๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜จ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ?". Tanya istrinya kepada Farrukh.

"๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ... ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ช๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข!". Jawab Farrukh dengan penuh bangga.

"Ketahuilah suamiku, aku telah menghabiskan semua harta yang engkau amanatkan kepadaku untuk biaya pendidikan anakmu hingga menjadi seperti sekarang ini".

"๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ข-๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ต๐˜ช๐˜ต๐˜ช๐˜ฑ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ". Jawab Farrukh dengan bahagia.

Tahukah anda siapa pemuda yang menjadi anak dari Farrukh tersebut? Dia adalah Rabฤซ'ah al-Ra'yi bin Abฤซ 'Abdiirrahmฤn Farrลซkh, Mufti dan ahli Fiqhnya kota Madinah, Tฤbi'ฤซn dan guru dari Imam Mฤlik sang pendiri Madzhab Mฤlikฤซ.

Rabฤซ'ah menjadi ulama besar berkah ibunya yang totalitas dalam memfasilitasi anaknya belajar. Tidak tanggung-tanggung, setara Rp. 120 miliyar dihabiskan untuk biaya anaknya menuntut ilmu hanya dalam waktu 27 tahun atau senilai kurang lebih Rp. 370 juta setiap bulannya. Itu pun jika dihitung sejak lahir.

Syaikh al-Imam Sadฤซd al-Dฤซn al-Syairฤzฤซ berkata sebagaimana dikutip oleh Syaikh al-Zarnลซjฤซ dalam Ta'lฤซm al-Muta'allim pada bab pentingnya mengagungkan Guru. Beliau berkata: "๐˜‰๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ 'ฤ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ (berilmu), ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ง๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฉ (๐˜ข๐˜ฉ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ช๐˜ญ๐˜ฎ๐˜ถ) serta ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข (๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต). ๐˜‘๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ 'ฤ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ค๐˜ถ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ 'ฤ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ."

Orang di zaman dulu bisa menghabiskan Rp. 120 miliyar hanya untuk biaya belajar anaknya hingga selesai. Namun, orang di zaman sekarang malah menuntut guru dari anak-anaknya untuk ikhlas hidup serba kekurangan tanpa memberikan bayaran yang layak. Sungguh menyedihkan!

✍๐Ÿป Penulis :
Ustadz Mohammad Jazuli S.

Posting Komentar untuk "Menjadi ULAMA BESAR Dengan BIAYA 120 M"