Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Golongan Yang Wajib Berpuasa Ramadhan

Golongan Yang Wajib Berpuasa Ramadhan

Para ulama telah sepakat bahwa yang wajib berpuasa adalah seorang muslim yang berakal, baligh, menetap dan mampu. Adapun wanita, disyaratkan dalam kondisi suci dari haid dan nifas.

Jadi, golongan yang wajib puasa itu adalah yang memenuhi syarat-syarat wajib puasa, berikut penjelasannya:

A. Muslim

Adapun orang yang kafir, maka tidak wajib puasa dan tidak sah puasanya sehingga dia bersyahadat dan masuk Islam terlebih dahulu. Allah berfirman:
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَالُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir ke- pada Allah dan Rasul-Nya. (QS. at-Taubah [9]: 54)

Namun, perlu diingat di sini bahwa orang kafir tatkala tidak wajib puasa bukan berarti tidak disiksa dengan perbuatan dosanya ini, bahkan dia akan disiksa kelak di akhirat akibat dosanya ini. Perhatikanlah firman Allah:
فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ * عَنِ الْمُجْرِمِينَ * مَا سَلَكُكُمْ فِي سَقَرَ * قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ * وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ * وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ
Berada di dalam surga, mereka tanya-menanya tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang- orang yang membicarakannya." (QS. Al-Muddatsir: 40-45).

Dan apakah wajib dia yang mengqadha puasa yang telah lalu, apabila dia masuk islam? Jawabannya tidak. Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Allah berfirman:
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ
“Katakanlah kepada orang kafir itu jika mereka berhenti Dari kekafirannya Niscaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala Akan mengampuni mereka Atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan, Yang telah lalu “ (QS Al Anfal ayat 38), Dan juga Hadits Amar bin Ash Radiallahu anhu Beliau pernah berkata :
فَلَمَّا جَعَلَ اللَّهُ الْإِسْلَامَ فِي قَلْبِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ ابْسُطْ يَمِينَكَ فَلْأُبَايِعْكَ فَبَسَطَ يَمِينَهُ قَالَ فَقَبَضْتُ يَدِي قَالَ مَا لَكَ يَا عَمْرُو قَالَ قُلْتُ أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ تَشْتَرِطُ بِمَاذَا قُلْتُ أَنْ يُغْفَرَ لِي قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
“Ketika Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan Islam di dalam Hatiku Maka aku mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dan aku katakan: Bentangkan tangan kananmu!, Maka aku akan membaiatmu Lalu Beliau membentangkan tangan kanannya Dan Amr bin Ash berkata lalu aku memegang tanganku {Artinya tidak jadi membaiat Rasulullah } Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berkata Ada apa dengan mu wahai Amr? Kemudian aku menjawab : Aku ingin memberikan persyaratan! dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bertanya Kamu mau minta syarat apa maka Amar menjawab Dengan Syarat aku diampuni, maka Rasulullah Bersabda: Apakah kamu tidak tahu bahwa Islam telah menghapuskan Dosa yang terdahulu “ (HR Muslim).

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan :
لا يَقضي الكافِرُ إذا أسلم، ما تَرك حالَ الكُفرِ باتِّفاق العُلَماء
”Orang kafir tidak wajib mengqadha Puasa yang telah lalu, Jika dia masuk Islam Yang meninggalkannya dalam keadaan kufur Sebagaimana kesepakatan para ulama”. (Majmu fatawa, 22/46).

Akan tetapi bagaimana jika dia masuk islam dipertengahan hari atau disiang hari misalnya, maka wajib baginya berpuasa atau menahan diri pada sisa waktu yang ada, ini sebagaimana pendapat al hanafiyyah, al hanabilah, sebagian pendapat al malikiyyah dan sebagian pendapat asy syafiiyah, dan ini yang dipilih oleh syaikhul islam Ibnu taimiyyah , dan imam syaukani, beliau berkata:
أنَّه يجِبُ الإمساكُ على من أسلَمَ في نهار رمضانَ، ويَلحَقُ به من تكلَّفَ أو أفاق مِن الُجنون أو زال عنه عُذرُه المانِعُ مِن الصَّومِ
“Bahwasanya wajib baginya menahan diri, bagi yang masuk islam dipertengahan hari bulan ramadhan, dan hukumnya sama juga dengan seseorang yang baru sadar dari gila atau seseorang yang hilang darinya udzur syari yang menjadi penghalang baginya untuk berpuasa” (Nailul Author, 4/237).

B. Baligh

Baligh adalah diantara syarat wajib bagi orang yang ingin berpuasa, sebagaimana hadist Ali radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ` bersabda:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ
"Pena pencatat amal dan dosa itu diangkat dari tiga golongan; orang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia bermimpi dan orang gila hingga ia berakal." (HR Abu Daud: 3825)

Dan in juga ijma para ulama, sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu hazm, ibnu rusyd, Imam nawawy, muhammad ibn muflih, Ibnu Muflih berkata:
صومُ رَمَضانَ فرضٌ على كلِّ مسلمٍ بالِغٍ، عاقلٍ، قادرٍ، مُقيمٍ
“Berpuasa Ramadhan hukumnya fardhu/wajib atas setiap muslim, baligh, berakal, mampu dan muqim” (Ijma’, 4/428).

Oleh karenanya tidak wajib berpuasa anak kecil yang belum baliqh, begitu juga mengqodho puasa-puasa mereka sebelum baliqh, akan tetapi anak kecil dilatih untuk berpuasa untuk pembiasaan semampu mereka, dan jika tidak ada mudharat atau bahaya yang ia dapatkan, dan ini sebagaimana madzhab jumhur para ulama.

Pahala anak kecil adalah untuk dirinya sendiri dan orang tuanya yang telah mendidiknya. Adapun hadits:
إِنَّ حَسَنَاتِ الصَّبِيَّ لِوَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا
"Pahala ibadah anak kecil itu untuk kedua orang tuanya atau salah satunya."

Hadits ini tidak shahih dari Nabi As-Sakhawi berkata: "Anak kecil diberi pahala atas amal shalih mereka sebagaimana pendapat mayoritas ulama. An-Nawawi menceritakan dalam Syarh Muslim dari Malik, Syafi'i, Ahmad, dan mayoritas ulama. Kesimpulannya, anak kecil dicatat amal kebajikannya tetapi ti- dak dicatat amal jeleknya." (Al-Muntaqa Min Fara'id al-Fawa'id hlm. 91 Ibnu Utsaimin).

C. Berakal

Berakal termasuk syarat wajib bagi orang yang berpuasa, sebagaimana hadist Ali yang telah disebutkan di atas, dan hilang nya akal disebabkan 3 hal:

1). Hilang nya akal dikarenakan gila dan sejenisnya, bila seseorang kehilangan akal kemudian gila maka tidak wajib baginya berpuasa dan tidak sah puasanya jika dia berpuasa ini sebagaimana hadis dari Ali yang kita sebutkan tadi. Dan ini juga telah datang ijma' dalam hal ini sebagaimana yang telah di nukilkan oleh imam An-Nawawi dan Ibnu Taimiyah beliau pernah berkata:
اتفقَ العُلَماءُ على أنَّ المجنونَ والصَّغيرَ الذي ليس بممَيِّزٍ، ليس عليه عبادةٌ بدنيَّةٌ، كالصَّلاةِ والصِّيام
"Dan para Ulama bersepakat bahwasanya orang yang gila dan anak kecil belum tamyiz tidak ada kewajiban bagi mereka untuk ibadah seperti solat dan puasa". (minhaju sunnah Nabawiyah, 6/49).

2). Hilangnya akal karena pingsan, Jika seseorang hilang akalnya karena pingsan dari sejak shubuh sampai maghrib, maka tidak sah puasanya dan wajibnya mengqodho hari tersebut dan ini pendapat jumhur ulama, al malikiyyah, al hanabila dan asysyafiiyah dan dikatakan ijma’ dalam hal ini, sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Qudamah:
ومتى فسَدَ الصَّومُ به- أي بالإغماءِ- فعلى المُغمَى عليه القَضاءُ بِغَيرِ خلافٍ عَلِمناه
“Dan kapan rusak puasa karena disebabkan pingsan, maka hendaklah dia qadha’/ganti puasanya,tanpa ada perselihan yang kami ketahui” (Al-Mughni, 3/115).

3). Hilangnya akal karena hilang ingatan, maka tidak wajib baginya berpuasa itu lah di fatwakan oleh Al lajnah ad daaimah dan dipilih oleh Ibnu utsaimin, disebutkan:
سُئِلَتِ اللجنةُ الدائمة عن والدٍ مُصابٍ بفقدانِ الذاكرةِ، وقد أفطر شَهرَ رَمَضانَ. فأجابت اللجنةُ الدائمة- برئاسة ابن باز-: (.. ليس على والِدِكم صلاةٌ ولا صيامٌ؛ لأنَّه فاقِدٌ للعَقلِ، وقد قال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: ((رُفِعَ القلمُ عن ثلاثةٍ: النَّائِمِ حتى يستيقِظَ، والصَّغيرِ حتى يحتَلِمَ، والمجنونِ حتى يُفيقَ))، ووالِدُكم فاقِدٌ للعقلِ، كواحدٍ مِن هؤلاء
“Di tanya al Lajnah ad daaimah komite fatwa di saudi Arabia tentang seorang ayah yang hilang ingatan dan ia telah berbuka di bulan Ramadhan, Maka Komite Lajnah ad daaimah ini menjawab yang di ketauhi oleh Syaikh binbaz rahimahullah, Dijawab : tidak ada kewajiban atas ayah kalian solat maupun puasa karena dia telah kehilangan akal, Nabi shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda : " Pena pencatatan amal sholeh dan dosa diangkat dibagi 3 orang, orang yg tidur sampai dia sadar , dan anak kecil sampai dia baligh, dan orang gila sampai dia sadar, dan ayah kalian termasuk yang kehilangan ingatan, kehilangan akal, termasuk salah satu yang 3 tadi” (Fatawa Lajna Daimah, 5/16).

D. Dalam keadaam muqim

Wajib bagi orang yang muqim untuk berpuasa sebagaimana ijma para ulama dan dinukil oleh Ibnu Hazm dalam hal ini, berkata Ibnu Hazm:
اتَّفقوا على أنَّ صِيامَ نَهارِ رَمَضانَ على: الصَّحيحِ المُقيمِ العاقِلِ البالِغِ الذي يعلَمُ أنَّه رمضانُ، وقد بلغه وجوبُ صِيامِه وهو مُسلِمٌ
"Bahwasanya wajib berpuasa bagi orang yang shohih (yang sehat) muqim, berakal, baligh dia tahu bahwasanya Ramadhan telah tiba dan telah datang kewajiban atas dia untuk berpuasa dan dia muslim". (Maratib ijma', 39).

E. mampu berpuasa

Tidak wajib berpuasa bagi yang tidak mampu, sebagaimana firman Allah:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا (2)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al-Baqarah: 286).
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan” (QS Al Hajj: 78).

Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah:
واتَّفقوا على أنَّ العباداتِ لا تجِبُ إلَّا على مُستطيع
"Dan para ulama bersepakat bahwasanya ibadah tidak diwajibkan kecuali bagi yang mampu saja". (Majmu’ Fatawa, 8/479).

F. Suci dari haid dan nifas

Diantara syarat wajib puasa bagi seorang wanita adalah sucinya dari haid dan nifas, sebagaimana ijma para ulama, sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu hazm, annawawy dan asysyaukany, berkata imam nawawy rahimahullah:
هذا الحُكمُ متَّفقٌ عليه، أجمع المسلمونَ على أنَّ الحائِضَ والنُّفَساءَ لا تجب عليهما الصَّلاةُ ولا الصَّومُ في الحال
“Hukum masalah ini telah disepakati oleh para ulama dan kamu muslimin telah ijma bahwasanya wanita haid atau nifas tidak wajib bagi mereka solat dan juga puasa” (Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 4/26).


Post a Comment for "Golongan Yang Wajib Berpuasa Ramadhan"